Senin, 21 Maret 2011

Geology Trip


Pendidikan di jurusan Geologi Pertambangan merupakan suatu proses pembelajaran yang melatih untuk mengetahui batuan dalam pengertian pemahaman tentang materi, proses dan sejarah nya. Proses pembelajaran menggunakan dua metoda, yaitu metoda langsung dan tidak langsung. Metoda tidak langsung diberikan dalam bentuk Proses Belajar Mengajar di kelas dan praktikum di laboratorium, sedangkan metoda langsung dilakukan dengan cara studi langsung kepada obyek, yaitu bumi itu sendiri serta bagian-bagian penyusunya.
Menurut sifatnya geologi sebagai ilmu merupakan ilmu yang berlandaskan pengamatan langsung (observasi). Field trip merupakan sarana bagi siswa-siswi jurusan geologi pertambangan untuk latihan melakukan observasi.
Adapun tujuan dari kegiatan field trip ini sbb:
1. Memberikan pengetahuan tentang cara-cara:
a.pengenalan jenis batuan dan kenampakannya di alam
b.pengenalan kenampakan geomorfologis
c.pengenalan macam-macam unsur struktur
2.Memberikan dasar ketrampilan:
a.penggunaan peralatan geologi (kompas, palu, gps)
b.pembacaan dan penafsiran peta topografi
c.pencatatan dan penggambaran data geologi
3.Menumbuhkan sikap para siswa:
a.Peka dan tanggap terhadap kenampakan geologi di lapangan


Berkaitan dengan itu pula maka sumber penelitian di Provinsi Banten Indonesia sangat mendukung, karena di Provinsi Banten telah banyak di temukan sumber Minyak, Gas dan mineral.


1. FORMASI CILETUH

Nama Ciletuh diajukan oleh Soekamto (1975) terhadap satuan batuan yang terdiri dari konglomerat, pasir dan lempung di DAS Ciletuh, di Teluk Ciletuh, Pelabuhanratu. Penamaan ini didasari oleh penerbitan terdahulu (anonim, 1939/1940), yang memberikan nama Ciletuh Lagen terhadap satuan batuan yang sama. Hasil penyelidikan terdahulu di daerah ini yang tidak diterbitkan seperti Duyfjes (1939, 1940, 1941), Sunu (1940), Soehanda (1967), pada hakekatnya setuju mengelompokkan batuan ini pada satu kesatuan litostratigrafi tersendiri.
Didalam tulisan ini nama Ciletuh dipakai sebagai nama resmi formasi di daerah tersebut diatas dan terhadap satuan-satuan lain yang sejenis yang ditafsirkan mempunyai hubungan genesa serta kesinambungan dalam mulajadinya. Satuan yang dimaksud adalah Formasi Rajamandala (Soekamto, 1975), suatu singkapan batuan lempung dan pasir di desa Cinyomplong, di selatan aliran Sungai Cimandiri.
Sinonim
Formasi Ciletuh bersinonim dengan Formasi Rajamandala (Soekamto, 1975).
Penyebaran dan Ketebalan
Singkapan terluas Formasi Ciletuh terdapat di Teluk Ciletuh, Pelabuhanratu, Sukabumi. Dalam penyelidikan ini ditafsirkan, penyebaran Formasi Ciletuh menerus dibawah batuan neogen di sebagian jawa Barat, terutama Cekungan Bogor.
Penyebaran di daerah lokasitipenya sangat sulit dipastikan, karena telah mengalami penyesaran yang kuat. Anonymus (1940) beranggapan tebal di lokasitipenya sekitar 1500 m, sedangkan Hudaya (1978) dalam pengukurannya, bagian terbawah tersingkap di Cikadal, tebal minimal 362,5 m. bagian tengah di Cigadung (Ciletuh) 540 m dan bagian atas di Cibenda (Ciletuh) sekitar 500 m. Sehingga secara keseluruhan ketebalan minimal Formasi Ciletuh adalah 1400 m.
Lokasitipe dan Stratotipe
Lokasitipe dari Formasi Ciletuh ditentukan pada Sungai Ciletuh di Teluk Pelabuhanratu.Lokasi ini berkoordinat 106° 28′ B.T dan 7° 14′ L.S (gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Fm. Ciletuh
Gambar 1. Lokasi Fm. Ciletuh via Google earth
stratotipe Formasi Ciletuh merupakan stratotipe gabungan dari beberapa tipe penampang.Penampang terbawah di Cikadal (Cibatununggul), bagian tengah di Cigadung, sedangkan yang atas di Bantarlimus (lihat gambar 2)
Gambar 2. Lokasi Kolom
Gambar 2. Lokasi kolom
Ciri Litologi
Di lokasitipenya, sepanjang Sungai Ciletuh, Pelabuhanratu, singkapan formasi ini merupakan inti dari suatu ampitheater , dimana bagian tepinya terdiri dari Formasi Jampang. Di daerah ini Formasi Ciletuh dapat dibagi menjadi dua bagian, dengan batas yang transisi diantaranya.
Bagian terbawah dari Formasi Ciletuh, di Ciletuh tersingkap sangat baik sekitar G. Badak desaCikadal (stratotipe) (gambar 3).
Gambar 3. Stratotipe Fm. Ciletuh
Gambar 3. Stratotipe Fm. Ciletuh
Di bagian ini daerah bawah bercirikan endapan turbidit, mengandung foraminifera plangton. Satuan ini terdiri dari lempung, serpih hitam, berlapis tipis. Berselingan dengan batupasir greywacke yang berwarna abu-abu.Tebal lapisan ini sekitar 10 m. Diatasnya didapatkan lapisan breksi, terpilah sangat jelek, dengan komponen dari ukuran pasir sampai bongkah, terdiri dari fragmen peridotit dan filit. Di bagian teratas dari Formasi Ciletuh bawah ini, sebagaimana tersingkap di G. Badak, mulai banyak mengandung fragmen kwarsa dan kalsedon, yang membundar. Disini juga ditemukan bongkah gamping yang banyak mengandung fosil foram besar, seperti : Assilina, discocyclina dispansa, Alveolina serta Nummulites kecil. Urutan turbidit Bouma terlihat pada greywacke. Urutan Bouma pada greywacke tipis umumnya adalah C, D,dan E, sedangkan pada breksi menunjukkan ciri turbidit fluxo.
Formasi Ciletuh bagian bawah ini, ditemukan juga di daerah-daerah lain di Teluk Ciletuh, yang selalu berbatasan sesar terhadap kompleks mélange, seperti terlihat di sepanjang Cibatununggul, dekat kompleks Melange Citisuk/Cianggabangsa. Ketebalan yang pasti dari formasi ini sulit dikerjakan karena sesar dan perlipatan yang sangat kuat.
Bagian tengah Formasi Ciletuh di Ciletuh terlihat di Cigadung anak Sungai Ciletuh yang mengalir dari selatan ke utara dan daerah perbukitan di sekitar Cikadal. Singkapan satuan ini pada umumnya sangat jelek, merupakan perbukitan bergelombang. Batuan disini terdiri dari selang seling lempung serpihan dan pasir. Di Cigadung, lempung terlihat masih sangat dominan ( 15 m sampai 25 m ). Kadang-kadang pasir merupakan suatu lapisan tebal, mencapai 7 – 8 m, dengan ciri dasar tegas dan atas berangsur. Baik lempung maupun pasir tidak mengandung fosil. Satuan ini sangat luas tersebar di daerah Ciletuh. Ketebalannya mencapai >540 m, sebagaimana terukur di Ciletuh.
Singkapan Formasi Ciletuh dapat pula ditemui dengan baik di sepanjang Sungai Cikalong (anak Sungai Cimandiri) menerus sampai ke Sungai Cisarua. Singkapan umumnya searah dengan jurus lapisan. Pada anak-anak sungainya seperti Sungai Kandang Sapi, Sungai Citiis, Sungai Cipicung dan lainnya, singkapan tidak begitu baik, karena lapuk atau tertutup bongkah-bongkah guguran satuan yang diatasnya.
Bagian bawah dari Formasi Ciletuh yang di pelajari di Sungai Cikalong memperlihatkan endapan turbidit distal. Satuan batuan ini terdiri dari serpih abu-abu tua, berlapis tipis, berselingan dengan batupasir kwarsa halus yang mempunyai sisipan tipis dengan batupasir greywacke warna abu-abu tua. Tebal lapisan ini dari 50 cm sampai dengan 9 m.
Batupasir kwarsa berukuran halus sampai sangat halus, warna putih sampai abu-abu muda, sangat keras, memperlihatkan gelembur gelombang sampai lipatan keriput. Serpih berwarna abu-abu tua, mudah di remas sampai kompak, dengan ketebalan bervariasi dari 5 cm sampai 2 m serta memperlihatkan struktur perlapisan horizontal. Batupasir greywacke warna abu-abu tua didapatkan sebagai sisipan tipis pada serpih dan batupasir kwarsa halus.
Di Sungai Cipanas, Sungai Cikalong dan di Sungai Cisarongge didapatkan sisipan batu lempung, kehijauan, keras, sedikit gampingan, sebagai sisipan pada batupasir kwarsa dengan ketebalan mencapai 10 m. Paling atas dari Formasi Ciletuh bagian bawah berupa lapisan breksi dengan pemilahan sangat jelek, komponen berukuran antara pasir sampai bongkah, terdiri dari fragmen sekis, kwarsa dan peridotit. Di bagian teratas dari Formasi Ciletuh di daerah ini didapatkan pula komponen kalsedon, arpus, kwarsa didalam konglomerat yang berukuran kerikil sampai kerakal. Mungkin yang terakhir ini termasuk Formasi Bayah.
Ciri Batas
Formasi Ciletuh bagian bawah di daerah Ciletuh selalu ditemukan berbatas sesar dengan kompleks mélange dibawahnya. Bagian atas dari formasi ini ditandai oleh perubahan berangsur dari batuan yang dominan lempung ke batupasir kwarsa.
Kandungan Fosil dan Umur
Beberapa fragmen gamping pada bagian bawah Formasi Ciletuh yang ditemukan di sebelah tepi utara G. Badak, Cikadal (Hudaya, 1978), kaya akan fosil foram besar, seperti : Assilina, Discocyclina dispansa, Fasciolites, dan Nummulites, yang menunjukkan umur Eosen Awal sampai Tengah.
Contoh dari serpih dan lempung terbawah ± 2 m dari kontak dengan filit di Karang haji, Cikadal, telah didapatkan fosil foram plangton yang terdiri dari : Globigerina ampliapertura (?), globigerina cf. tripartita, Globigerinita pera, Globorotalia permicra (?), dan Globorotalia siakensis (?), yang menunjukkan kisaran umur Eosen – Oligosen Awal ( Soejono, suparka, Hadiwisastra, 1978). Contoh foram plangton diatas perlu diberi tanda tanya, mengingat umumnya contoh fosil sudah mengalami perubahan bentuk karena tekanan.
Bagian tengah dari formasi ini di Sungai Cigadung oleh Endang Tayib dkk. (1977), telah ditemukan foram plangton yang terdiri dari : globigerina cf. tripartite, Gb. cf. pseudoampliapertura, Gb. ampliapertura, Globorotalia cf. cerroazulensis, dan Globorotalia pomeroli, yang menunjukkan umur Eosen – Oligosen Awal. Di tempat ini juga ditemukan fosil berumur Kapur yang dianggap telah mengalami endapan ulang (reworked) seperti pseudotextularia dan Globotruncana sp. Di tempat lain , di tenggara Sungai Cibenda, Endang Tayib lebih lanjut menemukan lempung napalan yang mengandung foraminifera plangton, seperti : Globigerina cf. tripartita, Gb. cf. eocaena, Gb. Cf. pseudoampliapertura dan Globorotalia cf. opima, yang semuanya juga menunjukkan umur Eosen – Oligosen Awal.
Dari uraian tersebut diatas, jelas agak sulit bagi kita untuk menentukan umur dari Formasi Ciletuh ini secara lebih tepat. Mengingat, formasi ini dititupi oleh Formasi Bayah yang berumur Eosen Tengah, Maka mur Formasi Ciletuh kemungkinan adalah Eosen Awal.
Kedudukan Stratigrafi
Penyelidikan terdahulu, seperti anonymous (1939), van Bemmelen (1949), Soekamto (1975) serta Tayib dkk. (1977) beranggapan bahwa kedudukan Formasi Ciletuh terhadap satuan mélange dibawahnya sebagai kedudukan tidak selaras. Pendapat ini pada hakekatnya dilandasi oleh anggapan bahwa endapan mélange yang kompak sebagai endapan Pra-tersier, sehingga adanya rombakan endapan mélange ini pada bagian bawah Formasi Ciletuh dianggap sebagai tanda ketidak selarasan.
Soejono, Suparka, hadiwisastra (1978) berkesimpulan bahwa kedudukan ini adalah selaras. Hal ini mengingat kisaran waktu antara kedua batuan tersebut adalah sama. Dari urutan ciri litologi maupun struktur dan ciri fosilnya Formasi Ciletuh adalah menyamai ciri litologi, struktur dan fosil dari endapan prisma akresi atau pond deposits (Karig, 1975), sehingga berdasar model prisma akresi dari karig dan Sharman (1975), kejadian kedua satuan tersebut dapat dikatakan tidak terputus.
Lingkungan Pengendapan
Mulajadi dari Formasi Ciletuh telah dibahas secara mendalam oleh Soejono, Suparka, Hadiwisastra ( 1978). Dalam tulisannya bagian bawah dari formasi ini telah ditafsirkan sebagai pond deposits atau endapan lereng atas dari suatu sistem akresi pada umur Eosen Awal. Lingkungan pengendapan dari satuan ini, dari laut dalam pada bagian bawah , berubah secara berangsur ke lingkungan laut dangkal di bagian atasnya



 melayani anda untuk tujuan penelitian geologi di provinsi banten dan jawa barat dengan kendaraan terbaru hanya dengan rp.300.000/hari. Hubungi kami di: ddjaenudin3@gmail.com

Pantai Sawarna Banten Indonesia 

Pantai Sawarna terletak kurang lebih 20km dari kota kecamatan bayah provinsi banten, dengan panoramanya yang indah dan ombak yang menantang. pada bulan-bulan tertentu pantai sawarna banyak didatangi oleh wisatawan asing yang bertujuan selain untuk menikmati indahnya alam pantai sawarna tujuan utama mereka mereka para wisatawn asing tersebut untuk bermain ski air (surfing).  pantai sawarna bisa ditempuh dari Jakarta dengan menggunakan mobil +/- 6jam perjalan, dan +/- 5jam apabila ditempuh dari bandung. Ketinggian ombak yang mencapai lebih dari dua meter memang membuat para petualang pantai asal Australia, Eropa, Amerika, dan beberapa negara Asia tertarik datang. “Bali dan Nias saja kalah. Sayangnya belum dikelola maksimal,”  Selain ombaknya, karang luas yang menghampar di bibir pantai juga membuat keasyikan tersendiri bagi wisatawan. Sebab, di sela-sela karang itu banyak terdapat lubang besar yang membentuk kolam dengan ikan beraneka ragam.